Minggu, 05 Desember 2010

Cintaku dikotamu, Aceh! Bagian 2 Tamat!

        Kini, awan hitam yang menggantung diujung bulan perlahan mulai menjauh. Bintang pun yang tampak sembunyi kini mulai menampakkan sinarnya yang menambah semaraknya malam.
Tetesan air hujan didaun mengucur ketanah bersamaan dengan suara lonceng yang dipukul ama penjaga malam yang selalu terjaga dari tidurnya sambil menikmati secangkir kopi hangat.

Begitupun dengan Tulit yang masih terjaga dikamarnya, bertopang dagu menatap suasana kamar yang menjadi teman setia kegundahan yang dialaminya. Tulit gak bisa memejamkan matanya meski pun begitu terasa berat. Tulit hanya bingung, apa yang musti dia lakuin, apakah Tulit musti mempertahankan hubungannya yang udah 3 taon ini atau harus mengakhirinya? Tulit cuma merasakan hubungan yang Tulit bina ama Ichi udah gak seindah dulu lagi, Tulit cuma ngerasa Ichi udah berubah, Ichi yang dikenalnya sekarang beda ama Ichi yang dikenalnya dulu, dan Tulit gak suka ama Ichi sekarang, Tulit udah berusaha untuk mengerti.

Sejak Fitri mulai memasuki dunia kampus, Fitri mulai berubah, mungkin karna suasana baru dan juga teman baru, yang biasanya rajin ngebalas surat, rajin nelpon, sekarang udah 1 taon lebih, hal itu gak pernah dilakuinnya lagi, beberapa pucuk surat dari Tulit terbang ke Aceh namun tak ada satupun balasan surat yang dating, sehingga membuat hubungan Tulit ama Fitri terasa hambar.
“1000 kali berpikir tanpa 1 tindakan itu hanyalah sia-sia belaka” biarpun Tulit berpikir dari malam hingga pagi, Tulit harus mengambil keputusan terbaik, Tulit harus mengakhiri cerita ini, perasaannya gak mau terbuang sia-sia. Rasa saying, rasa kangen selama ini tak pernah terbalas lagi.
Tak terasa, air mata mengucur di pipi Tulit.Ya, Tulit menangis. Hal yang wajar bukan? Jangankan Tulit, “Seorang Arjuna pun tak akan mampu membendung air mata bila mengalami kesedihan.”
Jujur aja, Tulit gak mau mengakhiri cerita ini, Tulit sangat saying ama Fitri, Tulit gak mau hubungan yang dibina 3 taon ini berakhir begitu saja, Tulit yakin pasti ada solusi lain selain perpisahan, tapi bagaimanapun juga Tulit harus berani mengambil keputusan untuk mengakhiri ceritanya ama Fitri, karna jika dibiarkan berlanjut, justru kesedihan Tulit akan semakin dalam. Perpisahan adalah jalan yang terbaik buat mereka berdua.
Begitu lelahnya beban yang harus ditanggung hingga tak mampu lagi, Tulitpun tertidur. Tidur dengan ekpresi bahagia. Ya, bahagia karna dialam mimpinya, Tulit sedang bercanda bersama Fitri, saling kejar-kejaran, berpelukan dan berdua’an, berbaring dibawah sinar bulan sambil menatap langit biru, menanti bintang jatuh dan mengucapkan keinginan untuk bisa selamanya bersama. Mimpi begitu indah dari kenyataan, meskipun kenyataan tak seindah mimpi.

***


Saat kutiba dikotamu…..
Kulangkahkan kaki seiring nada rindu yang membawaku kesini
Dikotamu yang telah lama kuimpikan
Sepercik Tanya pun menghampiri, adakah kau tau ku ada disini?
Dikotamu yang indah ini…..
Selintas bayangmu terlintas dimataku
Tersenyum manis sambut kehadiranku…

Kau rengkuh diriku, kau peluk erat diri ini
Kau lepaskan kerinduanmu…
Kau beri satu kecupan sebagai tanda kasih sayangmu untukku
Inikah arti rindu yang telah lama terpendam dihati…

Kembali kususuri jalan kota indah ini
Mencari kekasihku, mencari wajahmu yang terindah
Menunggu diriku untuk dipeluk
Mengingat hari-hari indah yang telah kita lalui
Lewat kata demi kata…

Akankah semua rinduku kan sirna bilaku ada disisimu
Lewatkan malam indah berdua dengan dirimu, kasih
Rindupun menggoda bila kuingat ceritamu
Semakin ingin kubersamamu..
Semakin ingin kuada dalam pelukanmu
Lepaskan semua kerinduan yang telah lama kumiliki
Dan kusimpan dihati…


Nb : Thanks for Firdayani Fitri yang udah memberi warna tersendiri didalam hidup ini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AddThis

cerita tulit..cerita tulit..cerita tulit..cerita tulit..

Your Ad Here